Sofil menata hembusan napas lalu membuka mata.
"Ho ... o."
Saking terkejutnya Sofil sampai memundurkan badan, dia memegang dada yang masih syok.
Sosok berjubah putih berdiri di depannya, Sofil masih merasakan gunjangan kaget. Hembusan napas cepat, dia masih mengendalikan diri dengan merunduk.
"Kamu tidak bisa lepas dari Nasya Sabila, semakin kamu berniat melupakannya dia malah akan mendekat," ucapan itu membuat Sofil semakin terkejut.
Sofil menaikan kepala dan orang bercayaha itu sudah tidak telihat. Sofil mencari, matanya memandang kesetiap tempat namun tidak menemukan. Dia berdiri dan masih bingung dengan keadaannya. Menoleh kesana-kemari tetap tidak menemukan.
'Kok serem ya. Ih, bikin mules,' batinnya.
Sofil segera mengambil barisan setelah iqomah. Dia menjadi makmum di belakang Kiai Mad yang tidak lain adalah sang mertua.
Pagi yang dingin embun pagi membasahi, Sofil Al Mubarrak mulai mengaji dia ngantri.