"Semoga. Aku juga sudah lelah dalam penantian yang panjang dan tidak berunjung. Aku ini memang aneh, maaf ya ...." Sofil mengukuti Ainun.
Keduanya menekuk kedua kaki merangkul kedua kaki, lalu menyandarkan kepala di atas lengan yang melingkar dan saling menatap.
Setelah saling memandang Ainun terlihat salah tinggah.
Tong.
Tong.
"Kentong tajahud," ucap Ainun segera mengemas tas dan buku.
"Malam ini terasa panjang ... sepanjang rel kereta, hahaha," kata Sofil yang lalu membersihkan telapak tangan dengan berdiri.
"Perlu digendong?"
"La (tidak)." Ainun berdiri
"Au ... marodo qolbi (sakit hatiku)."
"Limada? (karena apa)."
"Mungkin besok akan sibuk dan jarang bertemu," jawab Sofil.
"O ... bukannya seneng kalau nggak ketemu?" ledek Ainun yang lalu menggandeng Sofil. Keduanya menepi memang sedari tadi keduanya duduk di tengah jalan.
"Takut akan rindu? Tinggal telpon," ujar Ainun. Keduanya berjalan langkah kaki Ainun masih pincang.