Sofil merasa nyeri saat pulang dari Masjid. Merasakan tusukan dalam sedang menyerang hatinya.
Sofil melihat bis, dia menghentikannya dan segera berlari ke rumah. Ainun bersiap keduanya pamit kepada Bu Yati. Dengan berjalan pincang, Sofil tidak menghiraukannya.
Dia merasakan sesak yang begitu menikam. Dia menyimpan rasa itu. Dan segera masuk ke dalam bis.
Keadaan bis sangat longgar, banyak tempat duduk yang kosong.
"Kamu duduk di situ," ujar Sofil lalu berjalan dua kursi.
Ainun duduk sambil menatap Sofil. Sofil duduk dan terus bersandar. Dia mencoba menghubungi Abah dan Uminya. Namun panggilan tidak aktif.
Sofil mengangkat kepala melihat Ainun yang hanya terlihat gundukan kepalanya.
Kerinduan pada Nasya membuat dia menekan nomer yang di hafal.
Setelah menekan nomer itu Sofil hanya memandang. Dia menelan ludah. Semua bisikan janjinya yang tidak akan menghubungi Nasya, hadir. Hingga dia mengurungkan niatnya.