Ainun yang masih berbaring. Terbangun dengan penuh keringat.
"Mas Sofil ... Allah ... Ya Allah. Tolong, hiks."
"Ainun, aku di sini," kata Sofil, duduk di samping Ainun. Ainun membuka mata dan reflek memeluk Sofil. Sofil tidak membalas pelukan itu.
"Kamu kenapa? Ya Allah ... sampai keringatan," kata Sofil. Memberikan minum. Ainun menyelipkan sedotan dari dalam cadar. Setelah bismillah dan minum.
"Huft ... mimpi ini sangat menyeramkan.
Suara gelak tawa yang sangat mengerikan dan keras, terus masih mengiang. Aku dan kamu berada dalam bak trek. Perjalanan menuju Banten. Aku mengangkat kepala ternyata mobil itu berhenti. Mata masih sebam dan belum dapat melihat pasti karena malam yang gelap. Aku meneguk ludah takut. Aku sangat takut. Ya Allah ... huft ... mimpi yang teramat nyata. Mas,"
"Lalu? Kenapa kamu takut kalau kita bersama?" tanya Sofil. Ainun menatap manik tajam yang menatap matanya.