"Tentang apa?" Ainun menatap dengan kedua bola mata yang bercahaya dan penuh arti.
"Tentang banyak hal. Tentang keburukanku. Dan ketika aku mengelak saat dibenarkan. Kamu harus bilang. Ini permintaanmu. Oke?"
"Siap suami. Sama-sama ya."
"Kitakan pernah ngobrol, jika kita akan menjadi teman yang saling mengingatkan. Jadi ... aku minta sama kamu ingatkan jika aku salah dan egois. Aku sadar betul aku masih suka marah," kata Sofil. Ainun tersenyum.
"Aku juga tidak dapat seperti, wanita shalihah yang sudah di nas akan menjadi penghuni surga. Aku masih belajar dan terus berusaha. Menjadi hamba, anak, istri yang baik."
"Jadi ... maukan saling belajar? Bolehkah aku meminta agar kamu tidak terlalu akrab dengan beberapa laki-laki."
"Masa kontrak tinggal satu bulan. Dan aku akan pergi ke Bogor untuk bertemu dengan beberapa editor. Banyak ceweknya. Cowoknya hanya dua dan sudah menikah dengan editor cewek tersebut. Jika kamu tidak mengizinkan aku pergi, aku tidak akan pergi."