Semua ucapan dari istrinya menenangkan hati. Sofil semakin bersalah jika pada akhirnya dia akan menyakiti hati Ainun.
Whyussssss.
Dorrrrrr!
Ainun memeluk Sofil. Saat bis tergelincir karena ban yang meletus.
Deru napas takut dan keduanya yang masih menteimbangkan pompa jantung yang baru saja berhenti.
"Teruslah berdzikir," kata Sofil. Tidak membalas pelukan sang istri.
Ngikkkk!
Bis mengerem. Sofil berpegangan pada kursi di depannya.
"Maaf ya. Kalian boleh turun dan menanti bis lain. Sebagai ganti rugi. Uang aku kembalikan," ujar kernek.
Sofil dan Ainun turun. Mengamati area sekitar yang memang jalanan gunung.
"Pelan-pelan kita jalan, sini aku bawakan tasmu," ujar Sofil.
"Ini tidak berat hanya mukena san dua gamis," jawab Ainun. Keduanya berjalan.
Langit mendung petang, suara cetar kilat mulai menyambar. Sofil melihat mushola yang tidak terawat.
"Sepertinya akan hujan. Mari ke mushola itu," ajaknya menoleh ke Ainun. Ainun mengangguk.