"Kekuranganku memang sangat banyak. Makanya aku merasa tidak pantas untuk menjadi suamimu. Namun pikiran lain juga muncul di benakku. Jika semua rencana Allah memang seperti ini, berarti kan aku memang pantas untukmu. Aku juga minta maaf. Aku belum tagas tidak punya pendirian dan mudah terbawa perasaan, maaf," kata Sofil.
"Maaf ...." ucap keduanya bersama. Ainun melirik. Keduanya berebutan maaf lalu menahan senyum lalu tertawa kecil.
"Hehehe, heh ... ya Allah ... kayaknya tadi aku tuh sangat tegas dan kasar dan deh," ucap sadar Ainun.
"Memang. Tapi maklumlah wanitakan tidak pernah salah. Maunya benar terus. Tapi ... kata-kata tadi juga menyadarkanku. Terima kasih," ujar Sofil.
"Aku juga terima kasih karena kamu mau belajar menerimaku," ujar Ainun. Sofil memandangnya dengan mengerutkan kening.
"Kenapa begitu. Kita kan masih sama-sama belajar menerima," kata Sofil.
Drettt!
Drettt!