Cahaya mentari siang itu sangat cerah, putra ragil Kiai Fattah, sedang duduk di perpus pondok.
Dia menyiapkan diri untuk pulang ke Pekalongan.
'Sebenarnya aku merasa belum pantas untuk bertemu Abah dan Umi. Namun, berhubung ini pernikahannya Gus aku harus pulang. Umi juga sudah memintaku. Hufth ... pamit dulu,' bicaranya dalam hati lalu mengemas beberapa buku.
Setelah beberapa saat, seusai menata buku dia bergegas berjalan ke rumah Kyai. Melihat Gus Za yang sedang sibuk menata pot.
"Assalamualaikum Gus," panggilnya, Gus Za tersenyum.
"Wa'alaikumsalam, tumben Kang, lama kita nggak ngobrol," ujar Gus Za sambil mencuci tangan.
"Iya Gus, soalnya ini juga sibuk banget, sekarangkan ada ujian dadakan, lalu ... ini mau pamit, pulang tiga harian Gus Kakak saya menikah, sama Ibu disuruh pulang. Kiai ada?" tanya
"Abah tindak Kang, nanti aku sampaikan Kang, hanya tiga hari kan?" tanya Gus Za memandang Barrak, Barrak mengangguk.
"Matur nuwun Gus, saya pamit ya Gus, Assalamualaikum,"