Berbeda dengan sang adik yang akan menciptakan rasa. Sementara hati Gibran masih sangat kalut.
Kegusaran tidak bisa disembunyikan, dia berjalan ke asrama dan melihat Gus Fatih (Kakaknya Gus Barak.) yang sedang memberi burung merpati makan.
'Dulu Neng Bilqis sempat ragu, lalu apa yang meyakinkan Neng Bilqis hingga memilih Gus Fatih ya? Siapa tahu kalau aku tanya kepada Gus Fatih, aku juga akan yakin dengan Zahra. Bismillah,' batin Gibran yang lalu menghampiri putra kedua sang Kiai.
"Eh, Kang Gibran. Alhamdulillah ...."
"Gus, boleh berbincang?" tanya Gibran yang sedikit gugup.
"Mari," ajak Gus Fatih. Keduanya duduk di teras kelas madin di bawah pohon palem.
"Gus, afwan ... emmm. Enak tidak enak sih, emmm. Boleh saya tahu story perjodohan Gus dan Neng Bilqis. Siapa tahu hati saya terus yakin dengan pilihan Abah Fattah. Gus ... afwan lagi, nyeritainnya yang gamblang ya Gus," pinta Gibran, Gus Fatih tersenyum.
[Kisah Gus Fatih.]