Suntuk dalam hati malah semakin membuat pemuda tampan ini mulai mengetik.
[Lima
Hari-hari berlalu dengan sangat cepat satu bulan kemudian Gilang dan Dina didatangi oleh seorang pemuda. Pemuda itu berniat untuk menta'aruf Dina.
Asal-usul pemuda itu tiada yang tahu namun ternyata tetangganya yang mengenalkan dia. Dia juga seorang santri namun sebagai saudara tiri Gilang merasa tidak asing dengan namanya. Namanya tidak asing menurut gilang namun dia berusaha mengingat ingat tetap saja dia lupa.
"Bagaimanapun semua harus di musyawarah kan Kang Husni," jelas Gilang.
"Baik saya terima besok saja saya kemarin lagi," ujar Husni lalu berpamitan.
Dua jam berlalu Gilang menghampiri Dina keduanya duduk bersama di teras depan.
"Bagaimana Din, apa kamu menerimanya? Menurut aku dia orangnya baik, tapi semua ya terserah kamu. Semua keputusan ada di tangan kamu," ujar Gilang untuk meminta dina mempertimbangkan.