Jari-jarinya masih terus mengetik.
[Bab 2
Begitu cepat hari-hari berlalu Saif sangat sibuk dengan acara lomba yang sudah diselenggarakan para santri untuk akhir pelajaran. Para Santri menyebutnya akhirussanah.
Saat itu pula biasanya para berpidato dan memainkan drama. Sering kali dakwah mengingat mati dan ada pula yang tentang menikah. Untuk hiburan Kang Saif di dandani sebagai pengantin wanita dan dipinjamkan oleh adiknya Sifa. Jadi dia memakai bajunya Syifa.
Walau pemuda tulen dia sangat terlihat cantik. Hingga menjadi bahan perbincangan dan tanwaan apalagi cara berjalannya yang tetap menunjukkan kalau dia laki-laki.
Setelah malam itu para santri pulang untuk liburan dan Saif tidak pulang. Dia memutuskan untuk tinggal di prsantren yang sangat sepi dan sunyi. Selain malu kalau bertemu Syifa dia juga harus mengisi kitab Tafsir jalalain yang kosong.