Panggilan menunggu, Gibran mengeluarkan napas panjang, Aqila masih terbenani rasa bersalah dan banyak pertanyaan yang tertimbun dipikirannya. Aqila menatap Gibran, Gibran menghela napas.
"Sesak napas Kak? Apa aku terlalu horor? Hehehe," kata Aqila berusaha biasa saja. Gibran tersenyum sambil memijat kening.
"Assalamualaikum ...." jawab Rina yang menggendong Alif.
"Waalaikumsalam."
"Silahkan duduk," bisiknya ke Eza. Terlihat dari mata indah itu kebahagiaan sederhana. Sikap Eza menjadi pusat perhatian.
"Mulai ... bikin gerah ..." keluh Gibran, Eza dan Rina tertawa kecil.
Walau dalam vidio call mereka sama-sama duduk di ruang makan.
"Mbak Rina, istri yang beruntung itu yang mendapat apa?" tanya Aqila serius.
"Ciye ... yang sudah jadi istri," ledek Gibran, Aqila menutup mulut kakaknya dengan tahu.
"Istri yang paling beruntung adalah dia yang dikaruniai Allah seorang suami yang penyabar dan penyayang, penuh kehangatan dan kelembutan, seperti ...."