Membangun usaha yang tersisa. Setelah makan Gibran dan Bara berada di ruang tv sambil bicarakan masalah pekerjaan.
"Kita harus merintis dari awal. Jujur saja, aku kekurangan modal saat ini," ujar Bara yang lalu minum.
"Aku sendiri tidak bisa berada di bidang yang digeluti Bunda. Menjadi desainer pakaian handal. Aku saja membedakan kain ini itu belum bisa," ujar Gibran terlihat sangat sedih sambil menyandarkan kepalanya ke meja.
"Masalah kain aku bisa, tapi kain yang benar-benar nyaman untuk dipakai, itu lumayan mahal."
"Apa tidak ada pekerjaan lain selain itu? Emmm. Ah ... Sepertinya aku harus tidur dulu agar kepalaku dingin. Rasanya ingin pecah. Bagaimana kalau aku besok bekerja di bengkel, manggang, manggang dulu tidak papalah." Gibran berdiri dan pergi dari ruang tv.
Bara melihat Aqila yang tidur pulas. Pria tampan itu, yang dipanggil istrinya Om. Menggendong istrinya, sepanjang langkahnya dia tidak henti memandang Aqila.