Drettt!
Drettt!
Getaran ponsel Eza membuat Eza menerima panggilan telepon dari Gibran.
"Halo assalamualaikum."
"Waalaikumsalam Mas. Bunda tiba-tiba kena serangan jantung, dan Bunda meminta Mas segera datang ke Jakarta. Cepat datang ya." Tanpa menunggu jawaban dari Eza, Gibran menutup telepon.
Membutuhkan waktu lama Eza dan Rina pun bergegas ke Jakarta.
***
Sementara di sana di dalam rumah sakit, terlihat seorang gadis yang menunggu di depan ruang inap sambil terus mondar-mandir dengan rasa cemas.
"Aku benar-benar tidak menduga Ayah tega melakukan ini. Kita sekarang tidak punya apa-apa Qila." Gibran terlihat sangat lusuh dan kesal.
Dia hanya duduk pasrah sambil menepuk kepalanya. "Maafkan aku yang tidak tega dengan ayah dan akhirnya aku memberikan sertifikat itu. Maaf Kak ..." Aqila duduk di bawah sambil menaikkan wajah menatap kakaknya. "Kalau tidak karena kebodohanku. Kita masih punya segalanya."