Di malam yang sunyi itu, setelah Rina menidurkan Alif. Rina duduk di lantai, merasakan pil pahit kehidupannya, bola matanya tertuju ke meja di depannya, dengan bergetar ia mengambilnya, bulir-bulir air asin itu jatuh dari kelopak matanya. Menatap nanar sambil terus memegang kertas hasil DNA.
Air matanya tidak bisa dibendung lagi, berlinang mudah membasahi pipinya. 'Benarkah yang aku lahirkan bukan anaknya Kak Eza? Lalu anaknya siapa?'
Wanita tak berdaya itu mulai meragukan dirinya sendiri. 'Apa aku pernah tidur bersama pria lain tapi aku tidak sadar?' Rina menangis tersedu-sedu sambil terus menggosok kulitnya dan merasa jijik pada dirinya sendiri.
Semua kata-kata Eza tentang dirinya memenuhi ruang pikirnya. "Semua sangat menyakitkan ...." Rina menangis hampa dan lemah.
'Benarkah ...? Benarkah? Apa aku memang sehina itu. Apa benar aku melakukannya tapi aku tidak sadar? Ya Allah ... apa aku melakukan dosa besar berzina?'