Langit sore membentang, Eza tak tenang jangan panik karena belum melihat istrinya sama sekali. Pria itu meminta dokter lain menggantikannya untuk operasi. Bahkan Eza akan memberi gaji yang lebih. Eza sudah kehabisan akal untuk mencari Rina kemana lagi.
'Ya Allah ini sudah hampir buka puasa. Tapi si my wife entah kemana? Ya Allah ... ya Allah.'
Dadanya serasa sesak, air matanya terus berlinang, wajahnya juga tak tenang. Eza menelpon balik nomor yang dari tadi menelpon Rina.
"Halo, aku sayang kamu, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu. Tolong, angkat setiap telepon dariku."
'Apa Rina mengenalinya? Tapi Rina sama sekali tidak menjawab telepon darinya?'
Eza merasa aneh dengan pria itu. "Kamu siapa?"
"Lo kamu siapa? Di mana istri saya?"
Orang itu ditanya malah balik nanya.
"Ini nomor telepon istri saya," ujar Eza, paham jika pria itu salah sambung. Eza segera menutup telepon.
"Astaghfirullahaladzim ya Allah ... Hamba harus bagaimana lagi." Pikiran Eza sangat kalut.