Hati Eza benar-benar remuk redam, matanya basah ketika dia tidak berhasil menemukan istrinya. Kecemasan semakin menjadi, membuatnya bingung dan terpaksa menghubungi Hafiz.
Tuttt!
Tuttt!
"Halo Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, apa Rina ada di situ? Apa dia sedang berada di rumah, Mas?" tanya Eza cepat.
"Kamu itu bagaimana? Kok bisa kehilangan istri. Rina tidak ada di sini. Dia tidak pamit? Kamu ini buat aku tambah cemas saja."
'Tuh kan, aku malah kena semprong, tambah jadi bingung ini aku,' batin Eza.
"Mungkin pergi dengan tanteku. Cuma mungkin baterainya habis, jadi aku telepon tidak bisa. Ya sudah ya Mas Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Awas kalau Rina kenapa-napa. Aku tidak akan memaafkanmu."
Eza menurut telepon. "Aku sendiri pun tidak akan memaafkan diriku, jika terjadi sesuatu kepada Rina dan calon anakku."
Eza sangat bingung hingga dia tidak tahu lagi harus mencari Rina kemana. Dia melihat jam tangannya, karena ingat jadwal operasi yang akan ditanganinya.