Eza keluar dari mushola dan melihat Rina. Wanita hamil tua itu mendengar suara langkah kaki dan menoleh. Menunjukkan ada telepon.
Eza meraih dan duduk di samping istrinya. "Halo."
"Eza ...." Suara wanita itu masih terisak. Eza memandang sang istri, kenangan yang sangat mengerikan datang lagi.
Ya, perbuatan Sandia datang memenuhi pikiran Eza. Terlihat bibir Eza sangat ragu akan memanggil wanita itu dan berbicara dengannya.
Eza menyalakan loudspeaker, agar Rina mendengar juga perkataan Sandia. "Ada apa Sandya? Bukankah hari ini Radi dan Dinda akan ke Jakarta?" tanya Eza sambil menatap sang istri yang memijat kepalanya. Eza membelai kepala istrinya, wanita cantik itu tersenyum dari balik cadar.
"Eza ... Pakde Radhi meninggal."
Betapa terkejutnya Eza ketika mendengar ucapan Sandia yang masih terisak.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, kapan?" tanya Eza saking terkejutnya sampai menurunkan tangannya dari kepala sang istri.