Mengubur perasaan karena ditolak, menerima kenyataan pahit yang mengiris. Gibran menoleh berharap Diana juga menatapnya dari tempat duduknya. Ternyata Diana terlihat biasa saja.
Saat Gibran kembali melangkah, Diana yang pura-pura biasa tidak sanggup membendung perasaannya, air matanya berlinang mengiringi langkah Gibran yang semakin tidak telihat.
'Sembuhkan dulu hatimu Gibran, sebelum memulai kisah yang baru lagi.
Kali ini aku, menangis, belajar memaafkan dia yang menolakku. Move on. Ketika insan bertemu tragedi pahit yang nyata dalam hidup, entah dengan kehilangan harapan dan jatuh ke dalam kebiasaan merusak diri sendiri, atau dengan menggunakan tantangan untuk menemukan kekuatan batin, aku memilih untuk menguatkan batin. Terkadang aku tidak sadar sedang berharap kepada orang yang tidak bisa diharapkan. Tapi kenapa aku tetap yakin, jika Diana berbohong. Setelah semuanya, pasti ini tipu muslihatnya karena Ayahku dan Ibunya,' batin Gibran duduk lemas di depan kamar inap bundanya.