Di sana terlihat pemuda sedang menghela napas kesal saat getar ponsel mengganggu mimpi indahnya, masih dengan mata tertutup, tangan pria itu terulur untuk mencari keberadaan ponselnya. Namun, bukan ponsel yang ia temukan, melainkan sebuah tangan dengan kulit yang sangat lembut berada di sampingnya.
"Gibran di mana Aqila?" tanya wanita paruh baya itu.
Mata Gibran langsung terbuka lebar, "Dia di rumah Mbak Rina Bun. Bunda bagaimana?" Gibran menunjukkan perhatiannya.
"Bunda sudah membaik, ijab qobul harusnya hari ini Gibran," jawab Asyika berusaha bangun.
"Iya Bunda. Tapi Bunda sendiri belum membaik," jawab Gibran. Getar ponselnya mengundang pemuda itu untuk menoleh ke arah kiri.
Mata Gibran membulat, dia menjambak rambutnya dengan frustasi dan menatap ponsel yang baru ia buka dengan tulisan yang masih memenuhi kepalanya.
[Aku akan mengembalikan lamaran. Aku juga akan mengembalikan cincin serta bertanggung jawab akan semuanya. Maafkan aku.]