Eza dan Rina selesai salat magrib. Eza lanjut membaca Al Qur'an sampai waktu hampir isya', melihat suaminya selesai membaca.
'Aku harus lebih meyakinkan dia, memberi dukungan,' batin Rina.
"Kak, aku benar-benar Lillah menjalani ini. Tapi ... aku ingin mengerti perasaanmu. Aku ingin kamu berbagi, apa yang ada di dalam hatimu. Pernikahan ini bukanlah rasa kasihan. Aku menikahi denganmu, karena aku yakin kamu akan menjadi pria satu-satunya dalam hidupku. Aku sudah sangat lama menunggumu. Di mana pertemuan kita saat itu saat remaja, menjadi kenangan indah yang tak bisa aku lupakan. Ya, kamu cinta pertamaku, sampai saat ini masih sama."
"Rina ... masalahnya, aku tidak bisa berhikmad. Aku tidak bisa seperti suami pada umumnya. Aku tidak bisa berjalan, bahkan untuk membawa aku ke tempat mana pun, aku harus meminta bantuan," kata Eza menatap penuh kesedihan.