Gibran segera membawa Diana masuk ke rumah sakit. Diana terlihat tidak berdaya."Aku tidak mempedulikan kamu yang tidak punya rambut. Aku tetap menganggapmu sangat cantik. Aku mencintai sungguhan," ujar Gibran sambil mendorong Diana.
"Dokter ...!" teriaknya. Alfito datang dari arah depan dan segera membawa masuk Diana. Gibran yang menunggu di depan kamar inap Diana dengan sangat cemas.
'Diana ... Kau tidak pernah tahu perasaanku. Kau tidak melihat cintaku. Jika kau melihat cintaku, kau tidak akan tega seperti ini. Aku hanya ingin kamu jujur. Aku hanya ingin kamu mengatakan semuanya kepadaku. Kalau kamu juga memiliki perasaan yang sama kepadaku. Aku harap kamu bisa menerimaku sebagai suamimu Diana. Aku harap kamu bisa membuka hati untukku. Aku tahu aku memang konyol. Ya Allah,' batin Gibran mondar-mandir.
Rasa cemas dan panik serta air mata yang terus berlinang, kesana kemari sambil menggigit jarinya. Sesekali dia melihat Diana dari kaca.