Bruakkk!
Eza berhasil mendobrak pintu itu hingga terbuka.
"Kakiku tidak mati rasa? Apa berarti aku nanti bisa kembali berjalan. Semoga ya Allah. Huft ...." Untuk sejenak Eza memastikan Sandia yang masih tidak sadarkan diri.
Tidak lagi mempedulikan lututnya yang semakin sakit dia bergegas keluar rumah. Menggerakkan kursi rodanya, di jalanan yang berliku. Sangat sulit membuat kursi rodanya bergerak.
"Aku harus pergi ke mana? Apakah rumah Bagus? Aku sendiri tidak tahu di mana rumahnya. Wanita itu sangat bahaya dia tidak akan mudah melepaskanku. Gibran kamu di mana? Apakah Gibran sudah berangkat jemput ku. Ah ...." Eza memutuskan untuk pergi tanpa ada tujuan.