Hati saling merindu, namun tak kunjung punya cara untuk saling bertemu. Hanya dengan doa kedua insan yang saling mencinta berdekatan. Merasakan hal yang indah walau tak tersentuh dan tak melihat. Memejamkan mata berkhayal yang dicinta ada di sekitar.
Malam sangat sunyi, suara jangkrik terus berbunyi menemani Eza yang sendiri, setelah mengaji. Di kamar kecil itu, Eza kalut dalam pikirannya, merasa membebani keluarga Pak Radi. Dia mendekap Alqur'an.
Angin malam berhembus, menambah beban rindu. "Aku tetap menepati janjiku. Rina ... berartinya dirimu dikala kita tak sisi. Apa kamu juga merindukanku? Apa perasaanmu masih sama? Aku yakin, banyak pria yang suka akan kepribadian dan kecantikanmu. Cintamu yang tulus membuat aku bertekad dan kini aku sangat mencintaimu. Buah hati ayah, sehat terus ya sayang, di perut bunda. Dari sini, ayah tidak henti mendoakanmu. Pasti saat ini kamu sudah bergerak lincah, Masya Allah. SubhanaAllah ... sangatlah istimewa pasti." Eza menghapus air matanya.