"Paling apa nempel. Mau buah? Aku kupaskan ya ...?" ujar Diana yang lalu mencuci buah, dia fokus mengupas jeruk.
"Kau tau aku pemuda yang akan terjerat cinta pemudi. Kau tau rasa rindu bukan sebatas tidak bertemu. Bukan sekedar karena tidak saling menatap. Melainkan rasa rindu itu hadir karena canda tawa bersama yang pernah kita lalui. Kenangan yang mengikat dan menghadirkan rasa rindu. Maafkan aku jika ku tidak sempurna, caraku juga berbeda." Entah apa maksud Gibran namun kalimat itu membuat Diana terbuai.
"Cie terpana ..." ledek Gibran menatap Diana.
"Nggak usah ngarang deh," bantah Diana.
"Tapi iyakan? Menurutku sekarang ini aku lebih keren dan lebih sweet dari Rifan," guraunya yang kepedean. Diana tertawa lepas.
"Hahaha."
"Diana," panggil Gibran. Gadis itu menatap Gibran.
"Iya." Keduanya saling memandang. Pandangan di satu tujuan dan memiliki arti masing-masing.