'Rasa sakit ini berkurang karena adanya dirimu. Bisa memandangimu seperti ini tanpa harus bertengkar denganmu. Membuat aku bahagia,' ujar Gibran dalam hati memejamkan mata sambil terus menggenggam erat tangan Diana dengan tangan kanannya.
Sementara tangan kirinya berada di perutnya yang terluka.
"Kamu jangan memejamkan mata, aku takut. Jika memang tidak dalam buka matamu," pinta Diana.
"A_pa kamu masih mencintainya? Apa kamu masih bersedia menjadi pacarnya? Jadi pacarku saja, atau bahkan istriku." Gibran mengatakannya sangat lirih.
"Aku tidak dengar apa yang kamu bicarakan. Kita sudah sampai, cepat sembuh agar kita bertengkar lagi," ujar Diana saat mobil berhenti.
Gibran diturunkan, Diana melepaskan genggaman Gibran. 'Apakah mungkin tadi dia tidak mendengar ketika aku menyatakan perasaanku? Atau sebenarnya dia pura-pura? Aku mengutarakannya dengan sangat jelas. Huft ....' Gibran memejamkan mata menelan ludah kasarnya dan dibawa masuk ke ruangan IGD.