Kali ini Gibran benar-benar patah hati. Dia bangun dari sofa dengan lemas dan sedikit tertatih. Gibran memilih berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Rina merasa kasihan. "Kamu masih muda, tentukan cita-cita dulu. Dah, ah jangan baper," tegur Rina yang lalu ke dapur.
"Bunda mau tengok Runia. Kok ... parah ya pelupanya," ujar wanita yang mengemas makanan.
"Iya Bunda. Mas Hafiz sampai tidak bisa kerja di luar. Tapi saling merima itu indah dan membuat Mas Hafiz bahagia. Semua sudah takdir Allah bunda. Kita harus dukung dan terus mendoakan," ucapan Rina membuat bundanya sedih.
Bagaimana tidak? Pernikahan Rina baru saja menginjak tiga bulan dan kini status Rina tanpa suami. Rina menatap mata wanita yang melahirkannya.
"Bunda kenapa?" tanya Rina dengan nada halus penuh kasih sayang.
"Tidak. Kamu pulang ke Makassar saja yuk," ajak Bunda.
"Tidak Bunda. Bunda dan Ayah saja yang di sini," pinta Rina. Wanita itu tersenyum dan mengangguk.