Air hujan terasa dingin, membasahi raga pria yang lemah tanpa daya itu. Kesegaran mulai dirasa Eza, dia membuka matanya perlahan. Rasa sakit menyerang seluruh raganya tidak tersisa.
'Ya Allah ....' Eza menyerah dan pasrah dengan semua deritanya.
Pembunuh bayaran satunya bangun dan memperhatikan Eza. Dia menolehkan pipi Eza.
"Oh ... dia ternyata masih hidup. Wah ... makin ingin menyiksanya. Maaf ya. Kami harus membunuhmu!" ucapan tanpa hati nurani.
Pria itu dengan sadisnya menginjak sendi kaki Eza dengan sekuat tenaga. Eza hanya membuka mulut kesakitan dan hanya Rina yang menjelma seakan memberi kekuatan.
Eza menitihkan air mata kesakitan dan berusaha tersenyum. Pria itu mengulangi aktivitas kejamnya sampai beberapa kali. Eza hanya kesakitan tanpa suara.
"Allah ...." ucapnya lirih dan air matanya berlinang karena siksaan itu. 'Heh ... heh ... Rina ... maafkan aku.'
