Masih dalam genggaman tangannya. Kedua insan masih menikmati rintikan hujan yang semakin deras. 'Ya Allah ... wanita di sampingku ini sangat istimewa. Bukanlah hatiku ... sentuhlah hatiku dengan cinta tulusnya. Rasanya sesak, aku benci kepada diri sendiri, aku ingin menangis di bawah hujan agar tak ada yang bisa membedakan air mataku dan air hujan. Aku makin lebay. Kenapa aku sangat mengharapkan dia. Walau dia jahat tapi kenapa aku masih gila seperti ini ... kenapa aku semakin ingin berjumpa dengan Intan?' batin Eza.
'Gemerisik suara hujan ini kembali mendatangkan kesedihan yang telah aku lupakan. Barangkali Allah menciptakan hujan untuk mengingatkan kepada ku bahwa kesedihan adalah hukum alam,' batin Eza saat melihat air hujan dengan rintikan hujan yang tidak terhitung.
Keheningan tercipta keduanya masih duduk di serambi musola sambil menunggu hujan reda.
"Maaf," ucap Eza memecah kebisingan suara hujan. Rina menoleh.