Karena suaminya masih berada di rumah sakit dengan pekerjaannya, maka Rina sama sekali tidak berdiri dari tempat salatnya. Dari waktu Ashar, maghrib sampai Isya yang akan datang. Dia tetap berada di atas sajadahnya, sambil terus melantunkan ayat suci Alquran pelan namun fasih.
Gadis berpipi cabi dengan mata yang indah mendekatinya. Berdiri di belakang Rina mendengarkan suara merdu dari kakak iparnya. Mungkin hatinya terenyuh hingga air matanya berlinang. Pemuda berparas tampan memakai baju koko berwarna coklat dan sarung berwarna ungu.
Dia menepuk bahu adiknya. "Sudah wudhu belum ayo salat." Ajak Gibran. Mereka melaksanakan salat bersama. Gibran menjadi imam.
Setelah salat selesai, ketika masih berdzikir. Aqila tiba-tiba seperti orang menggigil. Wajahnya pucat dan kedinginan. Rina segera melepas mukenanya membenarkan hijab pashmina nya.
"Gibran ....Aqila kamu kenapa. Aqila ... Aqila ...." Rina meletakkan kepala Aqila di atas pahanya.