Di ruangan yang serba putih, arti tergeletak lemah dengan kepala yang diperban. Selang infus tertanam di tangannya. Dia masih memejamkan matanya. Selang yang nangkring di bawah hidungnya semakin membuat hati yang melihatnya merasa nelangsa.
Bu Ratih memandang anaknya yang terbaring koma. Tak henti-hentinya berarti menyalahkan dirinya sendiri. Dia tidak terima karena perbuatan dirinya sendiri telah mengakibatkan kan anaknya tidak bisa menahan kecewa. Dia ngebut mengendarai motornya untuk melampiaskan kekecewaannya hingga akhirnya terjadilah kecelakaan Mas itu.
Bu Ratih menggenggam tangan Sang putra. Sudah 5 jam anaknya tidak membuka matanya. Digenggamnya tangan yang terkulai lemas itu erat-erat. Berkali-kali tangan itu dicium. Tetesan demi tetesan air mata mengalir dan jatuh ke punggung tangan Ardi.
Wajahnya terlihat pucat, terdapat beberapa goresan di pipinya. Ya, salahnya hari itu Ardi tidak memakai helm karena saking kesalnya.
