"Kak Tania!" Laili berteriak girang saat dia melihat Tania duduk di ruang tamunya bersama Ardi. Gadis remaja itu sedang duduk di kursi rodanya dan didorong oleh mamanya. Meskipun dia masih tampak pucat dan lemas, tetapi dia masih menyunggingkan senyum ceria.
"Laili!" Tamiya juga ikut tersenyum lalu menghampiri Laili. Dipeluknya gadis remaja yang baru saja dia kenal itu. Ya, mereka memang baru saja saling mengenal, tetapi Mereka tampak begitu dekat.
Betul, penyakit itulah yang membuat mereka merasa satu. Merasa mereka ada teman seperjuangan yang sama-sama sedang berjuang melawan sesuatu yang tak tampak. Memang, melawan sesuatu yang tampak itu jauh lebih mudah daripada melawan hal yang tidak bisa kita sentuh tetapi dapat kita rasakan, seperti penyakit yang saat ini menggerogoti tubuh mereka berdua.
"Kakak terlihat lebih fresh hari ini," ucap Laili sambil tersenyum dan mengelus punggung Tania.
