Melihat Tania yang terisak, Bu Rika mengelus kepala Tania lembut. Ya, guru BP itu seperti orang tua bagi siswa. Seharusnya begitu. Yang selalu memberi bimbingan bukan hanya gertakan. Ya, persis seperti Bu Rika ini. Bu Rika tidak langsung menjudge Tania yang macam-macam. Dia ingin mendengar dulu pengakuan dari Tania seperti apa.
Setelah tania puas menumpahkan air mata, dia menghapusnya dengan kedua ibu jari. Santi masih menepuk-nepuk pundaknya.
"Kalau memang belum tenang, jangan di paksa. Ibu sabar kok menunggu kamu. Tenangkan diri dulu." Bu Rika berkata lembut, dia bisa memahami tania. Bu Rika tahu, meskipun tania sering membuat kesalahan, Tania pasti melakukan itu karena ada alasan yang kuat.
"Bu, saya minta maaf. Saya tahu, saya salah. Kesalahan saya kali ini sudah fatal. Apapun hukuman yang akan bu Rika berikan, saya siap." Tania menunduk. Dia mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali supaya air matanya tidak luruh kembali.
