"kak Belva nyontek kata-kata dari mana?" Tania berucap dengan mata berkaca-kaca. Dia sangat tersentuh dengan ucapan Belva. Ah, dia tidak berhenti bertanya pada diri sendiri? Benarkah dia sesepesial itu di hati Belva? Apakah benar-benar ada orang yang menganggap dia istimewa dan berharga. Air mata Tania sudah antri di sudut mata, siap untuk tumpah. Namun, Tania terus mengedip-ngedipkan matanya, supaya air matanya bisa sedikit tertahan.
"Ting, aku serius. Jangan becanda dulu. Jawab dulu pertanyaanku. Apakah kamu mau menjadi Tania nya Belva? Sebenarnya aku mau janji yang macam-macam, tapi takut tak sanggup. Jadi, aku tak mau berjanji apa-apa padamu, Cukup kamu rasakan aja gimana perlakuanku, bagaimana sikapku, kalau kamu nyaman, pasti kamu akan terus menatap dan tidak akan pergi dariku."