"Ihhh... Pulangnya nggak sekalian besok pagi aja?"
Dan Arka selalu menjadi seseorang yang linglung karena termakan gengsi. Bukankah Nino sudah mewanti-wanti kekasih mungilnya itu untuk memuaskan rasa rindu sebelum kesibukan mengambil alih dirinya?
Raut memberenggut, mendengus kasar tepat menerpa wajah lelahnya. Kibasan rambut pendek kala berpaling, hingga Arka yang berjalan dengan hentakan kesal meninggalkannya di ambang pintu masuk.
Yang malah membuat Nino geleng-geleng kepala dengan tawa cekikikan akibat tingkah kekanakan sang kekasih yang terlalu mudah merajuk.
"Gimana mau bosen kalo kamu terus menyuguhi kegemasan mu, Ar?"
Bahkan Nino sangat menyukai saat Arka bermain tarik ulur. Layaknya kucing betina yang malu-malu di kejar pejantan yang tengah birahi. Pintu kamar mereka yang terkunci dari dalam yang jelas tak mungkin untuknya mendobrak, nyatanya tubuhnya sudah benar-benar letih.