Brakk
Sampai Arka yang muak pun bangkit, menggebrak meja sampai nyaris menggulingkan mangkuk bubur dan teh yang sudah dingin sama sekali tak tersentuh di sana.
"Brisik! Kalian pada bisa diem, nggak? Mau gue plester satu-satu tuh mulut, eh?" Seketika membuat kelas hening, hanya kasak-kusuk dari pergerakan mereka yang memilih pergi.
Yang kemudian melirik tajam pada Brian. "Gue nggak mungkin lepasin pekerjaan itu, Bri."
Yang setelahnya Brian dan Farhan hanya pasrah menurut. Arka terlalu keras kepala untuk sekedar di khawatirkan.
Kringg
Bel pulang berbunyi, untung saja Arka berhasil tidur pulas tanpa gangguan, membuatnya sedikit lebih segar meski tubuhnya masih sangat lemas. Rupanya kawan-kawan sekelasnya cukup bisa di kendalikan. Hanya saja Brian yang masih bebal jika hanya saja kali teguran.
"Gue bogem juga lo, ya! Lo anggep gue lumpuh, eh?" Menepis tangan Brian yang hendak membopongnya.