Arka yang kembali membanting tubuhnya ke atas ranjang, memijat pangkal hidungnya yang mendadak bumpat.
Lebih dari sekedar ingin menangis, bahkan untuk sampai bisa kembali ke ruangannya di butuhkan perjuangan yang sangat keras. Seakan tubuhnya benar-benar memberontak dengan paksaan kembali menyelamatkan kenangan, keseluruhannya memiliki maksud berlawanan dan makin membuatnya tak karuan.
Nyatanya memang ia tak bisa sekuat kawan-kawannya dalam menahan rasa sakit dan kekecewaan karena cinta, ia nyaris putus asa, tanpa arah.
Sekarang, perjuangannya benar-benar di paksa berhenti, kan? Semua kenangannya telah terenggut tanpa belas kasihan sedikit pun. Benar-benar tak ada harapan untuk bersama dengan pemilik hatinya.
Bahkan menyadari kenyataan pahit itu, Arka tak bisa menahan lelehan air mata yang merebak. Pertahanannya runtuh walau sekeras apa pun ia coba menyangga.