"Bukan nggak mungkin, dengan lo yang secara tiba-tiba nyatain perasaan cinta cuman buat pastiin kalo gue bener-bener udah mati rasa. Tinggal raga yang nggak ada nyawa- emph..."
Sementara Nino dengan cintanya yang di anggap acuh pun makin nekad. Mencium Arka, lagi-lagi dengan tergesa-gesa, yang tanpa disadari malah menorehkan luka untuk pria mungil yang terkungkung tak berdaya itu.
"Gue bener-bener cinta sama lo, Ar...." Ucap Nino di sela ciumannya. Napas yang makin tersengal, sementara jemarinya menjejak makin jauh untuk menjamah. Menekan pinggul Arka, mengusap lembut bagian perut, yang kemudian dengan kalap menyentak ikatan tali bathrobe yang dikenakan pria mungil yang mulai digilainya itu.
Terbuka, tanpa penghalang Nino bisa melihat keindahan tubuh Arka. "Gue bener-bener cinta sama lo, Ar..."
"Eunggh..."
Nino yang sudah hilang akal, menundukkan tubuhnya untuk menikmati Arka. Seperti pecandu yang bertemu ganja, semakin menderu untuk menyesap setiap inchi milik Arka.