Margaret yang bicara demikian, seolah menekankan bahwa Arka memiliki celah untuk patut di salahkan.
Sebelumnya Ruben mengatakan hal yang sama. Demi apa pun, Arka benar-benar tak mengerti. Dirinya yang tak mendapatkan kasih sayang sepatutnya, bagaimana pula penderitaan semacam itu masih menjadi penyebab atas tindakannya pula?
Berpikir semalaman, bahkan Arka tak mendapatkan petunjuk apa pun dalam mimpi.
"Kamu sudah bangun? Lekas bangkit, mandi, bersiap. Ibu sudah menunggu untuk sarapan bersama." Dekte Farhan yang seperti tengah memerintah.
Mengucek mata, yang kemudian menyipitkan mata pada Farhan yang hanya mencelingukkan kepala di balik kelambu. Dengan memberenggut, malah balik melemparkan tubuhnya kembali berbaring. "Masih pagi, buru-buru banget. Lagian sekarang libur, kan?" Tukasnya dengan merengek.
"Loh, informasi dari mana? Bukannya kita masih harus masuk ke sekolah buat class meeting, ya?"
"Aduhh... Ribet, bolos aja, lah!"