"Pergi."
"Isshh... Paan sih, Mika... Ini urusannya orang gede, ya."
"Nggak. Nggak boleh. Kak Melisa udah terlalu sering buat kak Arka nangis, dan Mika nggak suka."
"Mik-" Melisa pun menghentakkan kedua kakinya dengan perasaan marah. Masih tak puas untuk menjatuhkan Arka, sementara kehadiran bocah itu seolah seperti memutar balikkan keadaan menjadi dirinya yang berperan antagonis.
Menyalurkan kebenciannya yang sudah mendarah daging terhadap pria itu, dengan janji dalam hati untuk membuat Arka merasakan sakit seperti apa yang pernah di rasakannya.
"Puas lo, ada yang bela? Shit!" Melisa pergi setelah puas membentak. Untung saja Arka terburu-buru menutupi telinga Mika, berharap umpatan kotor itu tak merasuk ke dalam ingatan adiknya yang masih begitu polos.
"Kak Arka tenang aja, aku yang bakal ngelindungin kakak dari ucapan kak Melisa yang sangat jahat."
Ya, tapi Arka melupakan satu hal. Nada membentak seperti tadi, tak sebodoh itu untuk Mika menyadarinya, kan?