Sebuah mobil sedan putih melaju di tengah jalan kota Jakarta. Menembus keramaian jalan ibukota di siang hari. Seorang pemuda duduk di kursi penumpang bagian belakang mobil tersebut. Ia menatap ke luar jendela. Tatapannya menerawang jauh ke langit. Sebentar lagi ia akan meninggalkan Jakarta, kota yang selama hampir dua belas tahun ia tinggali. Kini ia harus kembali ke tempat seharusnya ia berada. Dan mungkin untuk selamanya. Ia tak yakin lagi bisa kembali ke Jakarta. Semangat hidup saja ia tidak punya.
"Ken, kamu yakin tidak mau menghubunginya dulu?" tanya Nazam, pemuda lain yang mengemudikan mobil sedan tersebut. Ia menatap Kenzo yang tak lain adalah sepupunya, dari spion tengah. Usia mereka tak terpaut jauh, Nazam lebih tua setahun dari Kenzo. "Sebenarnya... kamu tidak lupa 'kan sama dia?"
Kenzo tahu siapa yang dimaksud Nazam. Mendengar itu ia hanya menoleh ke arah Nazam sekilas dan kembali lagi ke luar jendela.
Alena.
Seseorang yang sangat penting dalam hidupnya. Namun ia tidak lagi mengenalnya. Kecelakaan itu telah merubah segalanya. Merubah takdir yang seharusnya berpihak padanya. Jika mengingat kenangan mereka dulu, ia hanya bisa tersenyum pahit. Mungkin cerita mereka hanya sampai di sini.
Ya, cerita mereka memang sudah berakhir. Tapi Kenzo tidak akan melupakan gadis yang telah membuat semangat hidupnya kembali, meski hanya sebentar. Gadis itu akan selalu diingatnya. Sahabat dan juga orang yang sangat dicintainya. Alena.
""
Sementara itu, Alena terdiam dengan duduk di ayunan taman belakang rumahnya. Ia memandangi kantong kecil dengan kerutan tali di atasnya. Benda itu sering disebut jimat oleh seseorang yang sangat dicintainya. Kenzo, pasti sekarang dia sudah meninggalkan kota Jakarta. Beberapa hari lalu Nazam memberitahunya. Tapi apa yang bisa dilakukannya? Kenzo sudah melupakannya.
Bukan, lebih tepatnya ia yang melupakannya lebih dulu. Seandainya kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin sekarang...
Setitik air bergulir jatuh di pipinya. Penyesalan itu tidak bisa hilang. Ia sudah menyakiti sahabat yang paling dicintainya. Jadi pantas saja Kenzo pergi dan melupakannya. Nazam bilang, Kenzo tidak akan kembali ke Jakarta lagi. Dan inilah akhir dari kisah mereka.
Alena memejamkan mata. Berharap ia masih bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki semuanya. Tapi tidak mungkin. Kini yang bisa dilakukannya adalah terus mengenangnya. Ia tidak akan pernah melupakan lelaki yang sudah berkorban banyak untuknya. Dan lelaki itu, lelaki yang sangat dicintainya. Kenzo.