Argalino Xavero, lelaki penuh misteri di dalam kehidupannya, mulai dari marga. Bahkan banyak yg tertimbun rasa penasaran hanya untuk mengetahui siapa Arga itu, banyak hacker yg melacak identitasnya,namun naas, semua hacker tak ada yg berhasil. Berbagai masalah pun ia mampu menyelesaikan dengan cepat.
Arga merupakan cowok dingin dengan segala kecuekan yg ia punya, wajah datar lah yg menghiasi hari harinya. Masa lalunya yg kelam membuatnya semakin bertahan dalam kegelisahan.
_&_
Seperti biasanya, Arga berjalan dengan tegak menyusuri lantai koridor, dengan wajah datar yg menghiasi hari-harinya, tak ada seukir senyuman yg nampak, guratan di dahinya membuat kedua bola mata elangnya semakin menambah kesannya.
"Arga, tumben lo berangkat pagi?" Ucap seorang laki-laki yg langsung menyesuaikan langkahnya dengan Arga.
"Hm" hanya deheman itulah yg disampaikan Arga.
"Hm, hm, hm, hm, mau saingan lo sama mbak Nissa?" Kesal lelaki itu yg masih berjalan beriringan dengan Arga.
"Mbak Nissa?" Tanya Arga pada lelaki itu dengan salah satu alis yg terangkat.
"Mbak Nissa Sabyan!" Kesal dari lelaki itu, bagaimana tidak? Seorang Arga yg notabenya adalah most wanted tidak tau Nissa Sabyan?? Wah parah kau Arga!
"Oh" jawaban singkat dari seorang Arga yg mulai berjalan berbelok ke arah yg menuju kelasnya.
"Emang bener ya kalo ngomong sama kulkas berjalan itu pait banget rasanya" gerutuan mulai terdengar dari mulut lelaki itu, yg juga sedang mengelus dadanya seolah-olah mengatakan 'sabar'.
"Axel! Masuk ke kelas!" Titah dari Bu Santi yg sedari tadi melihat Axel berdiri sambil menggerutu gara-gara Arga.
Ya lelaki yg sedari tadi berbincang-bincang dengan Arga adalah Axelio Balapradana. Kerap ia biasanya dipanggil Axel atau Lio. Ia merupakan teman Arga ketika mereka berdua masih Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jadi, Axel tau betapa manis dan pahitnya masa lalu Arga.
"Iya Bu Syantik" Ucap Axel yg langsung lari terbirit-birit setelah mengatakan itu kepada Bu Santi.
"Memang kurang ajar Axel" Ucap Bu Santi dengan menggerutu.
_&_
"Ngapain lo lari-lari kek dikejar apaan" Ucap teman sekelas Axel yg hampir saja ditabrak oleh Axel, karena Axel yg tiba-tiba muncul di depan pintu dengan napas yg tersengal-sengal.
"Dikejar Bu Santi gue Ren" Ucap Axel sambil berjalan menuju bangkunya yg berada di samping Arga.
"Ngapain lo emang, kok sampe ketemu Bu Santi?" Tanya Rendi yg tadi hampir ditabrak oleh Axel.
Rendi Bhagaskara. Cowok yg selalu menemani Arga dan Axel, memang Arga dan Axel baru mengenal Rendi sejak mereka masih kelas 10. Rendi beruntung memiliki sahabat seperti Arga dan Axel yg menerimanya apa adanya bukan ada apanya.
"Tadi gue bengong di depan, nah terus lebih parahnya gue bengong di depan ruang guru" ucap Axel yg kemudian duduk di tempatnya.
"Gak ada kerjaan lo? Sampai bengong di depan ruang guru?" Tanya Rendi yg menahan tawanya agar tidak meledak di depan teman-temannya.
"Gue tadi ditinggal Arga, yaudah gue sumpah serapahi Arga, gue gak tau kalo itu di depan ruang guru" Ucap Axel dengan setengah mati-matian menahan rasa malu yg ia pendam.
"Lo nyumpahin gue" Tanya Arga yg sudah kelewat datar ditambah guratan alisnya.
"Gak gitu maksud gue Ga" Ucap Axel mencoba mengelak dari kenyataan. Ia merutuki kebodohan yg tadi ia katakan, bisa-bisanya ia ngaku kalau menyumpah serapahi Arga.
"Hanya pecundang yg selalu lari dari kenyataan" Ucap Rendi yg ikut-ikutan menindas Axel, baginya membully Axel adalah kenikmatan yang sungguh luar biasa rasanya.
"Lo, bukan malah belain gue, eh malah nistain gue, jahat kalian berdua" Ucap Axel dengan tampang yg sangat menghayati.
"Gue tanya doang!" Ucap Arga dengan desisan dari mulutnya.
"Gue juga gak ngomong sama lo tadi!" Ucap Rendi yg juga mencoba mengelak. Ia ingin melihat Axel menderita lagi, itu merupakan sebuah pertontonan yg keren untuk dilihat.
"Kalian kok hobi banget sih buat gue kesal!" Ucap Axel yg menghentakkan kakinya ke lantai.
"Tampang lo itu pantes buat di nistain" Sambar dari Alfa selaku partner Rendi guna membully Axel.
"Bener-bener keterlaluan kalian semua" Kesal Axel yg sedari tadi di nistain, padahal yg disumpah serapahi Axel kan Arga, lalu mengapa Rendi dan Alfa yg baperan sekarang.
"Ck berisik!" Decakan dari Arga mampu membuat semuanya diam tak bergeming sedikitpun.
"Lo sih berisik mulu!" Kesal Rendi.
"Nah kan gue lagi yg disalahin" sepertinya kekesalan Axel sudah memuncak.
"ya emang lo yg salah anak cicak!" Balas Rendi dengan juluran lidah.
"ya lo lah, kenapa jadi gue!" Balas Axel tak terima.
"Bisa diem gak!" Ucap Arga dengan kesal.
Sepertinya emosi Arga sudah berada di ujung tanduk, lihat saja, wajah memerah, tatapan nyalang, kepalan tangan, yg sudah siap menerkam mangsanya.
"maap deh Ga" Ucap Rendi dengan takut.
"iya kita janji dah gak bakalan rame" ucap Axel.
Arga melangkahkan kaki menuju belakang sekolah, daripada ia berada di dalam kelas, lebih baik ia pergi saja, teman-temannya selalu saja membuat gaduh, padahal Arga sendiri tak suka dengan yg namanya keramaian, lebih baik ia berada di dalam kesunyian.
Kini Arga sendiri berada di sebuah taman belakang sekolah yg jarang dikunjungi, mungkin hanya Arga saja yg selalu tepat waktu untuk mengunjungi.
Kini ia terbawa suasana. Awan yg cerah, angin spoi-spoi menerpa wajahnya, bunga-bunga mulai bergoyang kesana kemari, udara yg sejuk membuat ia semakin terlarut dalam suasana. Ia memejamkan mata dengan tenang.
Hingga 10 menit, ia mulai terlelap menuju ke alam mimpinya.
_&_
"Gara-gara lo, Arga jadi marah" Ucap Axel dengan rupa yg menyalahkan Rendi.
"Iya,gue tau gue salah" Ucap Rendi yg masih menyalin pekerjaan rumah Arga.
"Pokoknya lo yg salah" Ucap Axel yg tidak ada santai-santainya.
"Iya, gue yg salah" Ucap Rendi dengan mata yg masih berkutat pada buku salinannya.
"Lo yg salah, bukan gue" Ucap Axel lagi.
"Bisa diem gak lo" Sentak dari Rendi yg sudah habis kesabarannya menghadapi spesies seperti Axel.
"Kenapa lo jadi jahat Ren?" Tanya Axel dengan tampang polosnya.
"Lo yg dari tadi gak bisa diem, gue lagi ngerjain PR" Kekesalan Rendi sudah mencapai ujung tanduk.
"Emangnya PR punya salah apa sampai lo kerjain?" Tanya Axel, sepertinya Axel mempunyai hobi baru yaitu mengganggu Rendi.
"Tugas gue lagi numpuk" Ucap Rendi.
"Di jejer aja biar gak numpuk" Ucap Axel dengan senyuman merekah.
"Lo bisa diem gak?" Tanya Rendi dengan wajah yg ingin menerkam Axel.
"Iya iya gue diem" Ucap Axel dengan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.