"Shhtt ... udah, jangan nangis. Kakak nggak papa."
Jeritan kesakitan yang baru saja keluar dari mulut Gina terhenti. Digantikan sebuah tangis histeris ketika Gino datang menghampirinya lalu memeluk Gina dengan sangat erat sebelum pot bunga tersebut mendarat tepat ke arah kepalanya.
Gino telah menggantikan posisi Gina yang seharusnya terluka.
Mereka berdua sekarang berada dekat sekali dengan pintu kamar.
Kening Gino yang sudha banyak mengeluarkan darah ditambah kepala belakangnya juga yang sama-sama terluka berfikir, mengapa teriakan Gina yang sekencang itu tidak mengundang bawahan Nevan untuk masuk ke dalam?
"K-kak Gino ... " Napas Gina tercekat kala Gian berjalan menghampiri mereka beredua.
Sedangkan Gino sendiri, kini sudah tidak bisa menolehkan kepalanya ke belakang guna melihat apa yang hendak dilakukan Gian selanjutnya. Kepala lelaki itu terkulai lemah di atas pundak Gina.
Bau anyir darah berhasil memenuhi indra penciuman Gina yang semakin ketakutan.