"Gina keliatannya seneng banget. Jarang dia senyum kayak gitu, apalagi dandan."
Seolah tengah berbicara pada benda mati, Gino tidak mendapatkan jawaban apapun dari Gian yang berada di jok samping. Setlah Gian masuk ke dalam mobil lalu menyerakhkan kembali handphone miliknya, Gino tidak lagi mendengar satu kata pun terdengar dari mulut Gian.
"Kak, ada apa?" Gino dengan yakin menoleh ke arah kakak kembarnya saat lampu merah menghentikan mobil mereka.
Masih tetap tidak mendapatkan jawaban, Gino memberanikan diri untuk menyentuh bahu Gian.
'Plak'
Namun, yang membuat Gino sangat terkejut adalah tangannya yang ditepis kuat oleh Gian. Reflek Gino menarik kembali tangan kirinya lantas mengusap pelan tangannya yang sudah tidak diperban, tetapi masih terdapat luka yang belum sepenuhnya sembuh di sana.
Gian yang tersadar atas apa yang ia lakukan, terkesiap kaget. "G-gino, maafin kakak ... kakak cuma lagi- mood kakak lagi buruk." Pada kaliamat terakhir, nada suara Gian menurun.