"Makasih udah-"
"Nggak usah bilang makasih. Gua cuma kasian sama lu. Jadi, diem."
Baru saja Viona mengucapkan beberapa kata dengan riang, penuturan dari Gian yang memotong ucapannya berhasil membuat hati Viona berdenyut sakit. Akan tetapi, setelahnya gadis itu memasang kembali raut penuh senyuman, berusaha mengenyahkan rasa sakit itu.
Tidak apa.
Semua hal yang dilakukan Gian beberapa waktu belakangan ini, merupakan sesuatu yang patut Viona syukuri. Kesalahannya di masa lalu benar-benar tidak termaafkan, tapi Gian masih bisa membantunya meski lontaran kata menyakitkan tidak pernah terlewat.
Viona sadar diri. Dirinya lah yang secara tidak langsung membunuh adik kembar Gian sendiri. Sebuah penyesalan yang tidak akan pernah Viona lupakan seumur hidup. Menjadi bayang-bayang buruk yang selalu menghantui.
"Ngomong-ngomong soal yang kem-"
"Udah gua bilang diem!!! Gua yakin kuping lu masih berfungsi dengan baik, kan?!"