Mata Gina berbinar senang.
Tidak henti-hentinya sebuah senyum terukir. Tawa kecil penuh kebahagiaan karena bisa keluar dari dalam kaamar rawat membuat Nevan yang sedang mendorong kursi rodanya ikut merasakan apa yang gadis itu rasakan.
Akhirnya setelah satu tahun koma serta beberapa bulan mendekam di dalam kamar rawat, Gina bisa melihat lagi bagaimana dunia luar. Meskipunm hanya berkeliling di sekitar rumah sakit, percayalah bahwa Gina sudah sangat bersyukur akan hal itu.
"Ih Papa, di badan kakaknya banyak banget luka-luka kayak gitu."
Merasa ada anak perempuan yang melontarkan kata-kata tersebut sembari menatapnya, otot di sekirtar bibir Gina malah semakin tertarik ke atas. Ia tidak tersinggung, tidak.
Karena nyatanya memang tubuhnya sudah rusak. Anggap saja merupakan kenang-kenangan dari memori yang hilang. Ingatan yang bahkan belum Gina ketahui. Semua orang yang menemuinya memilih untuk menutup mulut.