"Dasar setannn!!"
"Gian, cukup!! Nggak, itu bukan dia. Bukan."
Beberapa kali tubuh Gian terbanting, antara disengaja atau tidak, kini Gian kehilangan kendalinya lagi. Penampilannya dari atas ke bawah acak-acakan. Beberapa lebam biru pada tangannya memperparah punggung tangan yang sebelumnya memang sudah terluka.
'Braakk'
Matanya memerah, keningnya dipenuhi peluh yang membuat rambutnya basah, Gian terus saja mengacak-acak isi rumah. Meluapkan semua emosi yang ada di dalam hatinya, Gian sangat marah.
"Lu yang harusnya mati!! Bukan adek kembar gua!!" Tangan Gian akhirnya mengambil sebuah handphone yang sebelumnya Key pakai untuk menelepon rekan kerjanya.
Seorang perempuan bernama Airin.
Sangat mirip dengan nama seorang perempuan yang menjadi penyebab utama kematian Gina. Suami Dokter Hani itu sedikit lengah, padahal ia sudah berusaha sebisa mungkin untuk menelepon tanpa bisa diketahui oleh keua anak kembar tersebut.