Persiapan Perang
Setelah insiden laboratorium rahasia milik pemerintah usai dan siar berhasil diselamatkan, rigma memulai penelitian barunya. Pertama ia membuat tangan dan kaki buatan untuk siar menggunakan alkimia dan bahan khusus.
"Wah-wah… ini benar-benar maha karya… tangan cyborg diluar sana tidak akan ada yang sebanding dengan ini…"
"Tangan dan kaki yang terbuat dari katalis logam adamantium… ditambah lagi kemurnian energi jiwa yang terkandung dalam logam ini sangat luar biasa… meleburkannya bersamaan dengan kristal prasmanial tentu membuatnya menjadi logam yang sangat keras dan kokoh… ditambah lagi lengan ini bisa dialiri energi jiwa yang membuatnya semakin kuat..."
Rigma ingin menyelesaikan semua permasalahan azin dan siar sebelum kembali ke pesawat induk. Itu sebabnya ia bekerja keras di laboratorium rahasia universitas atma untuk membuat beberapa item.
"Selanjutnya kita harus membuat kulit buatan ya…?"
"Iya… tapi sebelum itu… aku ingin membuat sayap jiwa terlebih dulu…"
"Sa-sayap jiwa…!! Apa itu…!? Aku belum pernah mendengarnya…!"
"Tenanglah ketua… itu hanya sayap yang membuat kita bisa terbang dengan memanfaatkan energi jiwa sebagai bahan bakarnya…"
Risman sangat bersemangat mendengar ide-ide baru dari rigma yang sudah lama absen dari kegiatan kampus. Dalam beberapa jam rigma dan risman berhasil menyelesaikan satu sayap jiwa.
"Bahan dan cara pembuatannya sangat simpel… aku tidak menyangka benda seperti ini belum pernah ditemukan sebelumnya… bahkan laboratorium rahasia yang sudah puluhan tahun ini tidak memiliki catatan tentang benda ini…"
"Ya mungkin karena tidak ada yang peduli tentang alat terbang… bahannya memang mudah… logam kardinal, tali karet dengan syaraf jiwa buatan dan beberapa keping kristal agate…"
Kristal agate adalah kristal yang dibuat dari kepingan inti monster dimensi, biasanya digunakan untuk membuat senjata jiwa kelas rendah. Tergantung dengan ukuran dan kapasitasnya, senjata dengan kristal agate juga bisa digunakan untuk etranger kelas 3. Sementara logam kardinal merupakan logam yang terkontaminasi oleh monster dimensi hingga mengandung energi jiwa.
"Mari kita coba... "
*swring…*
Sebuah sayap besar bercahaya kehijauan muncul dari punggung rigma dan membentang hingga 2 meter.
"Wah wah… ukuran sayapnya lebih besar dari dugaanku…"
Rigma pun mencoba terbang dengan sayapnya, kepakan sayapnya membuat angin yang cukup kencang hingga membuatnya terbang di udara.
"Hmmm… rasanya juga kurang nyaman ketika menggunakannya... bagian belakangnya sangat mengganggu..."
"Jadi harus bagaimana…? Menurutku ini sudah hasil yang bagus…"
"Baiklah mari kita coba pengembangan sedikit…"
Akhirnya rigma menggunakan pengembangan luar biasa dan membuat mesin besarnya menjadi sebuah cincin. Kristal agate dengan kapasitas dan kualitas terbaik digunakan sebagai inti sayap jiwanya.
"Sekarang ayo kita coba…"
*wush…*
Semua orang di laboratorium rahasia terkejut melihat 4 sayap yang terbuat dari cahaya kehijauan muncul di punggung rigma. Mulut risman hanya bisa ternganga ketika melihat pengembangan dalam waktu beberapa jam bisa menghasilkan perubahan besar.
"Ini baru hebat…! Aku akan membuat 6 buah…"
"E-enam… sepertinya laboratorium kita terlalu lama tanpa rigma hingga tidak sadar betapa besar perubahan suasananya bila ia melakukan penelitian…"
Anggota laboratorium pengembangan senjata jiwa hanya bisa tersenyum melihat aksi rigma membuat sebuah item luar biasa seperti hal biasa.
"Selesai… sekarang aku tinggal membuat 2 cetak biru untuk item ini…"
"Tahan…!"
Risman tiba-tiba menghentikan aksi rigma yang berniat membuat 2 cetak biru tentang sayap jiwa miliknya.
"Kenapa ketua…?"
"Bocah bodoh…! Kau pikir apa yang akan terjadi jika cetak biru tentang cincinmu itu tersebar…?"
"Akan ada orang yang memakainya…?"
"Bukan…! Itu akan merusak sistem etranger yang ada sekarang…! Kalau mau buat cetak biru… cukup untuk prototipe yang pertama…!"
"Oh jadi begitu… baiklah… jadi aku hanya perlu membuat 1 cetak biru…?"
"Benar…"
Semangat rigma turun drastis karena ia hanya bisa membuat cetak biru dari barang yang menurutnya gagal. Setelah menyelesaikan cetak biru sesuai permintaan risman, rigma kembali ke markas rahasia.
"Wuah… lebih cepat dari perkiraanku… bisa-bisa sampai ke markas ini dalam waktu kurang dari 5 menit…"
'Jelas lah bocah… sayap jiwa buatanku sangat terkenal… bahkan bisa menyaingi kecepatan valkyrie saat terbang…'
'Valkryrie…? Apa mereka makhluk yang disebut sebagai malaikat tempur…?'
'Benar… mereka sangat ahli dalam pertempuran di udara… kecepatan mereka bisa melebihi jet tempur paling canggih di masa ini…'
'Jadi kamu mau bilang sayap jiwa ini bisa terbang lebih cepat lagi…?'
'Benar… kamu hanya menggunakan 60% kemampuannya tadi… kalau kau menggunakan lebih banyak energi jiwa… aku yakin kau bisa tiba di tempat ini dalam waktu 1 menit 30 detik…'
'Uwaa… itu sih melebihi kecepatan super sonic… tanpa perisai jiwa yang kuat… etranger sekalipun bisa mati kalau menggunakan kecepatan penuh...'
Rigma akhirnya sampai di tempat persembunyian yang telah lama ia siapkan khusus untuk azin dan pasukannya. Dari luar tempat persembunyiannya terlihat seperti bisnis daur ulang besi, tapi di bawahnya terdapat banyak ruangan luas dan tempat tidur dengan fasilitas mewah. Rigma mempekerjakan beberapa orang gelandangan untuk mengelola bagian atas agar tetap terlihat seperti tempat daur ulang.
"Bos…"
"Bagaimana keadaan azin dan siar…?"
"Sudah lebih baik dari sebelumnya…"
"Bagus… jaga tempat ini seperti biasa… kalian akan dapat bonus bulan ini…"
"Terima kasih bos…"
Saat anak buahnya pergi, rigma membuka pintu rahasia di balik brankas besi besar yang ada di ruangannya. Itu adalah satu dari 3 pintu masuk menuju markas rahasia miliknya yang ada di bawah tanah. Setibanya di ruang perawatan rigma melihat dini dan asrea yang masih sibuk mengurus dua pasiennya. Mereka membuat persiapan untuk siar agar tangan dan kaki buatannya bisa menyatu dengan tubuhnya.
"Aku membawa tangan dan kakinya…"
"Syukurlah kamu datang tepat waktu rigma… persiapan juga sudah hampir selesai… hanya tinggal membiusnya sebelum melakukan operasi…"
"Bagus… segera siapkan bahan-bahan untuk operasinya… aku yang akan memimpin operasi ini…"
"Siap…"
Operasi berjalan selama 2 jam hingga akhirnya seluruh tangan dan kaki buatan berhasil tertanam di tubuh siar. Rigma dan asrea menyelesaikan operasinya dengan lancar, sementara dini keluar bersama azin saat operasi dimulai.
"Oh iya… asrea… tadi... setelah pulih, azin langsung latihan bersama dini bukan…?"
"Iya… mereka ada di area latihan…"
"Bagus aku bisa cepat memberikan ini pada mereka… oh iya… ini satu untukmu sudah aku siapkan…"
*tap…*
Cincin yang dilempar rigma diterima dengan santai oleh asrea yang sedang sibuk membereskan peralatan operasi.
"Cincin apa ini…?"
"Itu cincin sayap jiwa… nanti akan aku ajarkan cara memakainya…oh iya aku belum melihat zura… dimana dia sekarang…?"
"Zura ada di ruang latihan bersama dini dan azin…"
"Kalau begitu ayo ke ruang latihan aku bisa sekalian mengajarkan kalian cara memakai cincin itu…"
Setelah selesai membereskan ruangan perawatan, keduanya pun bergegas ke area latihan. Di sana dini dan azin sedang bertarung habis-habisan hingga membuat ruangannya bergetar.
"Huaaa… untung aku memfokuskan ruangan ini ke pemulihan dan daya tahan… kalau tidak tempat ini sudah runtuh dari tadi…"
"Mereka terlalu bersemangat ya…"
"Iya… lebih baik aku hentikan mereka sekarang…"
*JDOOM…!*
Rigma malah memperparah keadaan ketika menghajar azin dan dini agar berhenti bertarung. Asrea hanya bisa tersenyum ketika melihat ledakan yang dibuat rigma hingga membuat hancurnya separuh area latihan.
"Bagus karena kalian sudah tenang sekarang… mari kita bahas topik penting yang ingin aku sampaikan…"
"Baik…"
Azin dan dini yang babak belur mencoba menjawab perkataan rigma sebaik mungkin. Rigma menghela nafas sambil mengeluarkan kotak penyimpanan cincin buatannya.
"Bagus… aku memiliki 3 cincin untuk dibagikan… cincin ini berguna untuk transportasi… untuk dini 1 dan untuk azin 2… aku menitipkan cincin milik siar padamu…"
"Siap bos… saya akan simpan amanat ini dengan baik…"
"Bagus… sekarang aku tinggal mengajarkan cara penggunaannya pada kalian…"
Mereka menghabiskan waktu 1 hari untuk latihan menggunakan sayap jiwa di area latihan hingga lancar. Rigma dengan sabar mengajari teman-temannya tentang cara manuver, mendarat dan meningkatkan kecepatan. Setelah semuanya selesai, rigma menitipkan penjagaan markas rahasia pada azin. Tentunya rigma juga sudah menyiapkan beberapa robot penjaga di setiap pintu masuk markasnya untuk membantu azin.
"Kalau begitu aku pergi dulu… beberapa hari lagi… kau akan mendapat anak buah tambahan… jadi bersiaplah…"
"Siap bos… hati-hati di jalan…"
Rigma bersama dini dan asrea pergi menggunakan sayap jiwa dengan kecepatan tinggi. Jenderal aldiano sangat terkejut melihat anaknya kembali dengan sayap hijau berkilau. Ia pun mencoba bernegosiasi dengan anaknya untuk bisa mendapatkan item tersebut. Namun hasilnya tentu gagal, rigma tidak memiliki niat untuk membagi pengetahuannya dengan militer.
"Hari ini adalah satu hari sebelum penyerangan kelompok revolusioner ya…?"
"Benar… waktunya hampir tiba… semua angkatan militer bersiaga penuh untuk antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan…"
"Robot tempur senjata plasma… merna… robot petarung jarak dekat… Gotem… lalu robot peluncur misil jarak jauh… cristop… bahkan 15 pesawat induk ikut bersiaga… benar-benar sesuatu..."
"Apa boleh buat… para politikus negeri ini sangat takut dengan pemberontakan… jadi mereka ingin menunjukkan segala kekuatan yang mereka punya…"
"Enak ya jadi pejabat… bisa dengan mudah menggerakkan militer seperti ini…"
Rigma menatap seluruh anggota militer di bawah pesawat induk dengan tatapan sinis. Ia sadar betapa tidak adilnya negara tempatnya tinggal sekarang ini. Dimana seluruh kekuatan militer bergerak melawan pemberontak, sementara warganya sendiri selalu menjadi korban retakan dimensi. Warga biasa selalu hidup dengan penuh ketakutan akan munculnya retakan dimensi di dekat rumah atau tempat kerja mereka. Sementara para pejabat bisa aman berlindung dibalik kekuatan militer hingga masalah monster dimensi dapat teratasi dengan mudah.
"Ya setidaknya aku tidak perlu turun tangan dalam pertarungan kali ini… karena aku pasti mual ketika memikirkan para pejabat korup yang aku lindungi…"
"Oi oi… jangan begitu mereka tetap atasan ayahmu… lagi pula tidak semua pejabat korup kok..."
"Haa… itu sebabnya aku membencimu ayah... meski aku tahu kau mencoba segala hal untuk melindungiku…"
Rigma pun pergi meninggalkan ayahnya sambil memasang wajah marah dengan urat yang menonjol di sekitar keningnya.
Bersambung…