Harun : Raja Alam
Aku merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir di tubuhku, aku merasa bisa melakukan apapun sekarang. Rambutku memanjang dan berubah warna menjadi hijau dan ada sayap yang tumbuh di punggungku. Syal berbulu cantik berwarna hijau dengan pola urat daun yang melekat di tubuhku juga muncul secara misterius. Ditambah dengan ada gaun bercahaya yang juga berwarna hijau dan ukurannya sangat pas.
'Ini adalah Cestinal… harta suci yang merupakan perwujudan dari kekuatan raja alam… tidak ada yang bisa menggunakannya selain dirimu…'
'Jadi begitu… pantas saja semuanya terlihat sangat pas… padahal gaun, syal dan mahkota ini muncul secara tiba-tiba…'
'Baju cestinal versi raja alam tidak akan bisa ditembus oleh senjata apapun… ditambah baju itu memiliki kemampuan penyembuh yang sangat kuat… syal daun cestinal memiliki kemampuan untuk mengendalikan tumbuhan… dan mahkota cestinal dapat membuat anda memanipulasi angin sesuka hati…'
Keanggunan dari semua barang ini membuatku terkagum, meskipun aku melihatnya dengan tatapan datar.
"Syu-syukurlah… kamu selamat… harun…"
Suara lemah yang terdengar di telinga langsung membuatku menoleh ke sumber suara. Disana aku melihat kiki sudah dalam keadaan terluka sambil merangkak ke arahku.
"Kiki…!!"
Aku menghampiri kiki dengan cepat dan mencoba menyembuhkan lukanya dengan kekuatanku.
"Hangatnya…"
"Syukurlah masih bisa…"
'Dia hanya terluka ringan nona… sangat mudah bagimu untuk memulihkannya…'
Entah kenapa aku yang baru pertama kali menggunakan kekuatan ini tahu cara kerjanya. Setelah memastikan seluruh luka di tubuh kiki sembuh aku hendak meninggalkannya untuk mencari monster dimensi. Namun sang monster dimensi ternyata menghampiriku lebih dulu sambil menyeret tubuh ayah dan ibuku.
*wush… creak…*
Melihat pemandangan yang sangat mengerikan di depanku membuat emosiku tak terkontrol. Tanah tempatku berpijak retak akibat gelombang energi yang meluap ketika aku marah.
"LEPASKAN MEREKA…!!"
"Huh…?"
Aku melihat sosok makhluk berkulit hijau dengan tubuh yang hampir menyerupai manusia. Taringnya sangat besar seperti hewan buas dengan kuku yang panjang menghiasi jari tangannya. Tangannya jauh lebih besar dari tangan manusia biasa dan tingginya juga lebih dari dua meter.
"JAUHKAN TANGAN KOTORMU DARI MEREKA BERDUA…!!"
*wush sring sring sring…! crat…*
Aku yang emosi dengan asal menggunakan kekuatanku untuk memotong tangan sang monster. Sebuah angin berhembus dengan kencang hingga memotong tangan kanan sang monster dimensi. Tubuh kedua orang tuaku pun terjatuh ke tanah bersamaan dengan putusnya tangan kanan sang monster. Aku lagi-lagi asal menggerakan tanganku dan menggunakan kekuatanku untuk menarik tubuh kedua orang tuaku.
*tumbuh…*
Sebuah akar pohon tumbuh di sekitar tubuh orang tuaku, kemudian akar tersebut memanjang dan membawa mereka ke hadapanku.
'Hooo benar-benar berbakat… bahkan tanpa aku ajari… kamu bisa menggunakan kekuatan [Tebasan Angin] dan [Pengendali Tumbuhan]... ini sungguh hebat…'
*tap tap tap…*
Sang monster dimensi berjalan kemudian memungut tangan kanannya yang tergeletak di tanah.
"Benar-benar menarik… hanya demi dua gumpalan daging tak bernyawa kau menyerangku… hebat…! Sudah 200 tahun sejak aku pertama kali terluka separah ini… tapi…"
Sang monster mengoceh sambil memasang potongan tangannya ke tempat semula. Tak lama setelah itu lukanya menutup dan tangannya kembali normal.
"Lihat tanganku sembuh lagi… aku hanya akan mati bila inti pada tubuhku hancur… tapi aku bisa menggerakan intiku kemanapun aku mau… jadi kau harus memusnahkan seluruh tubuhku untuk menang... "
"Memanggil kedua orang tuaku dengan sebutan gumpalan daging tak bernyawa…? MATILAH…!"
*brusshh…*
Ratusan akar pohon besar keluar dari tanah mengikuti jalan pikiranku untuk menyerang monster dimensi.
'Kali ini kau akan mati…!'
*swing BOOM…!*
Sebuah ledakan besar menghentikan gerakan akar pohon yang aku gerakan dan membuatnya hancur berkeping-keping.
"LAWAN AKU LEBIH SERIUS LAGI ETRANGER…!!!"
Aku benar-benar tidak percaya melihat ratusan akar pohon besar hancur lebur hanya karena sebuah pukulan.
"LAWAN AKU…! KEMUDIAN BIARKAN AKU MEMAKAN DAGING YANG BARUSAN KAU CURI…!!"
"Kalau kau ingin memakan mereka…!! Lewati dulu mayatku…!!!"
*wush BOOM…!*
Pertarungan dahsyat antara diriku melawan monster dimensi berkulit hijau pun semakin memanas.
'Aku tidak boleh membiarkan monster menjijikan ini tetap hidup, bagaimanapun caranya dia harus mati di tanganku…!'
Tekad dalam hatiku sudah bulat dan harus terlaksana bagaimanapun caranya, kekuatanku terus meluap seiring bertambahnya tekadku.
Pemilik Rubik Cube
'Uhaakkk… luar biasa… siapa yang menyangka dalam waktu 1 tahun… kau tidak hanya menguasai semua teknik pedang phantom… tapi juga memodifikasinya dengan energi jiwa…'
"Guru apa kau akan hancur setelah aku membunuhmu seperti ini…?"
'Tentu saja tidak bodoh… kalau aku bisa mati sudah dari dulu aku membiarkan diriku kalah… setelah ini aku akan menghilang selama 1 hari kemudian seluruh ingatanku akan hilang… mungkin kalau kau masuk ke dalam sini sekali lagi… aku tidak akan mengingatmu…'
"Jadi begitu… paling tidak aku lega… karena membunuh guru sendiri rasanya tidak akan enak…"
'Hahaha… bawalah pedangku untuk menghadapi para penjaga lain… kau masuk ke sini tanpa senjata kan…?'
Ron menyodorkan pedang hitam miliknya ke arah rigma dengan tangan gemetar. Rigma memejamkan matanya kemudian mengambil pedang milik gurunya.
"Guru aku akan menunjukkan kalau teknik pedang phantom sangatlah kuat pada seluruh dunia luar… lihat saja…"
'Haha… aku menantikannya…'
Disaat terakhir sebelum menghilang ron memancarkan senyuman puas di wajahnya. Ia senang masih bisa menurunkan ilmu pedangnya dan tidak salah memilih murid meski jiwanya dipenjara. Rigma pun melangkah maju ke ruangan selanjutnya untuk bisa bertemu pemilik rubik cube.
"Tempat ini sangat menjijikan… aku penasaran siapa penjaganya… ternyata memang monster menjijikan yang jadi penjaganya…"
Rigma berdiri tepat di depan sang penjaga yang memiliki tubuh besar seperti ular. Namun bagian kepala memiliki tubuh mirip manusia dengan dua tangan dan wajah wanita.
"Uwaaa… bahkan kau tidak menutupi dadamu… yah meskipun bentuknya indah dengan bulatan yang juga sempurna… aku jadi penasaran bagaimana rasanya jika meremas dua buah bulat di dadanya dengan kedua tanganku…"
"Sshaaa….!!!"
Sang penjaga sangat marah ketika mendengar ocerah rigma soal payudaranya yang tidak tertutup apapun. Sang monster pun langsung menyerang rigma, namun dalam sekejap rigma menghilang.
"Jadi meski bagian kepalanya wanita cantik… monster tetaplah monster ya…"
[Enam Taring Phantom]
*scrat…*
Serangan rigma berhasil mencabik bagian manusia sang monster hingga jadi potongan kecil.
"Lebih lemah dari yang aku kira… jadi guru memang benar… melawan musuh yang tidak memiliki akal jauh lebih mudah… sekuat apapun musuhnya kalau tidak memiliki naluri bertarung yang hebat… pasti akan mudah diatasi…"
Rigma terus berjalan dan mengalahkan beberapa penjaga dengan cepat, ia ingin segera keluar karena sudah 1 tahun terdampar. Di area ke 4 rigma bertemu dengan manusia macan yang menggunakan palu besar. Kekuatan fisiknya sangat luar biasa, sekali kena serang pasti mati atau sekarat. Namun rigma berhasil mengatasinya dalam 2 menit dengan kecepatan penuh miliknya. Di area ke 5 rigma bertemu penyihir yang sangat kuat dengan pertahanan dan serangan tak bercelah.
"Sial sudah 2 menit… dia tidak memberiku kesempatan untuk beristirahat… ditambah pintu ruangannya terkunci… ini sangat berbeda dari ruangan-ruangan sebelumnya…"
Rigma terus menghindar dari serangan bola api yang terus membabi buta ke arahnya. Berkali-kali rigma mencoba menembus pertahanannya menggunakan phantom. Tapi tidak ada satupun serangannya yang berhasil menembus pelindung milik sang penyihir. Setelah lewat dari 3 menit akhirnya rigma terpaksa menggunakan [Tato Sakral] dan [Kekuatan Naga : 30%] untuk menyerang. Akhirnya pertarungan berakhir dalam 5 menit, rigma menggabungkan kekuatan jiwanya dengan teknik pedang untuk menang.
"Haaa… haaa… mataku sakit… rasanya mata kiriku retak…"
Rigma sengaja menggunakan [Mata Naga] hanya pada mata kirinya untuk menghindari kemungkinan terburuk.
"Aku pikir… haaa… mata kiriku akan buta… ternyata… hanya penglihatannya yang pecah… dengan begini aku masih bisa bertarung… tapi aku butuh istirahat selama satu jam..."
Setelah tidur satu jam penuh, rigma mendapati penglihatan mata kirinya kembali normal.
"Ada apa ini… bukannya mata kiriku tadi rusak…? Kenapa sekarang aku bisa melihat seperti biasa…? Bahkan dengan mata naga juga tidak ada masalah… yah setidaknya ini bagus untukku..."
Rigma tidak mau ambil pusing soal matanya dan ia pun berjalan keluar dari area 5 menuju area terakhir. Di area 6 banyak monster aneh yang menghalangi jalan rigma menuju pintu besar di ujung lorong. Namun ia berhasil menghabisi seluruh monster yang menghalanginya dalam 1 menit.
"Benar-benar lemah… atau akunya yang menjadi terlalu kuat… tapi… musuh dibalik pintu ini tidak boleh dianggap remeh… sebab… auranya sangat kuat..."
Rigma membuka pintu besar menggunakan seluruh tenaganya untuk melawan sang pemilik rubik cube. Di balik pintu besar itu terdapat sebuah ruangan besar dan sebuah singgasana yang terbuat dari emas. Bahkan lantai ruangan dan dindingnya terbuat dari emas berkilau hingga membuat rigma iri.
"Terkutuklah orang kaya dengan segala hartanya…"
Orang yang duduk di singgasana tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah rigma dengan santai. Pria yang mendekati rigma terlihat seperti orang tua dengan kacamata monocle menghiasi matanya. Pakaian butler membuatnya terlihat elegan dan model rambut klimis membuatnya terlihat tampan.
"Sungguh suatu kehormatan bertemu dengan orang yang layak… saya tidak menyangka setelah puluhan tahun… akhirnya ada orang yang layak menjadi tuanku… nama saya Danz Mile Von Bert… anda boleh memanggil saya mile..."
"Huaaa… bahkan gaya bicaranya juga elegan… sial… aku yang masih muda merasa terhina…"
"Hohoho… anda calon pemilik yang menarik rupanya… tapi… aturan tetap aturan… saya harus menguji kelayakan anda sebagai pemilik… mohon jangan kecewakan saya…"
Aura milik mile yang sebelumnya terasa hangat langsung berubah menjadi dingin dan mengerikan.
"Jadi memang harus bertarung ya…"
"Benar… sebab ditempat ini kekuatan adalah segalanya…"
"Jangan menyesal kalau nanti aku memotong tubuhmu hingga jadi potongan kecil…."
"Itu pun kalau anda bisa… sekarang mari kita mulai pertarungan ujian pemilik ke 4…"
Pertarungan penuh tantangan untuk keluar dan menjadi pemilik ke 4 seluruh rubik cube pun dimulai. Sementara itu di dunia luar, monster dimensi yang membunuh kedua orang tua harun tewas tertusuk akar raksasa. Ukuran akar pohon yang membunuh sang monster dimensi bahkan lebih besar dari ukuran sebuah bukit.
"Ayah... ibu…"
bersambung...