Nyonya Winda tengah duduk di dalam kamar, sambil menatap amplop coklat yang ada di atas meja kamarnya. Wanita paruh baya itu membawa amplop itu masuk ke dalam kamar. Ia bimbang, haruskah dirinya menandatangani surat itu. Benar kata Tuan Dimas, dengan melepaskan dia akan bisa sangat mudah bersama, Tuan Tirta. Rumah? Tuan Tirta berjanji akan memberikannya pada Nyonya Winda.
"Huh, apa aku tanda tangan saja ya. Biar aku bebas bersama Tirta.." gumam Nyonya Winda.
Ia langsung membuka amplop dan melihat surat cerai yang sudah di tanda tangani oleh Tuan Dimas. Wanita paruh baya itu pun, menandatangani surat itu dengan rasa bimbang yang masih melanda dirinya. "Sudahlah, cerai saja. Toh aku akan dapat rumah dan setelah itu aku bisa sepenuhnya jadi milik Tirta. Apalagi Tirta juga kaya, seorang dokter yang paling dikenal, pengusaha juga.." lanjut Nyonya Winda yang mencoba meyakinkan dirinya untuk bercerai.